Memahami diri pribadi
Pemahaman diri merupakan salah satu
proses yang harus dilakukan untuk membentuk konsep diri, dengan pemahaman diri
yang didasarkan dengan sikap positif akan memunculkan konsep diri yang positif
juga dimana hal itu akan berpengaruh pada kepercayaan diri yang tinggi.
Pemahaman diri yang objektif akan
membuat seseorang mengerti akan dirinya, termasuk kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki serta bisa bersikap positif dalam menanggapi kelemahan dan kelebihan
yang ada. Menurut Loekmono (dalam Kartono, 1985) tujuan mengenal dan memahami
diri sendiri bukannya untuk membuat orang menjadi kecewa setelah mengetahui
bagaimana kepribadian dirinya, tetapi diharapakan agar setelah mengenal dan
memahami dirinya sendiri seseorang dapat menerima kenyataan yang ada lalu
berusaha dengan yang ada pada dirinya untuk mengembangkan pribadinya agar sehat
dan memiliki karakteristik yang positif.
A. Menumbuhkan dan mengembangkan
pribadi anda
Pertumbuhan dan perkembangan
pribadi memungkinkan manusia hidup secara lebih memuaskan dan nyaman, dan
menjadi suri teladan bagi orang lain. Perkembangan pribadi biasanya dicirikan
dengan meningkatkannya kesadaran diri dan pengetahuan melalui keterbukaan diri
dan eksplorasi serta refleksi perasaan, pemikiran dan perilaku.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan pribadi
dibutuhkan proses-proses sebagai berikut:
-
Meningkatkan
kesadaran diri
-
Memecahkan
masalah-masalah masa lampau dan kini
-
Melihat
kembali nilai-nilai pribadi
B. Meningkatkan kesadaran diri
Setiap kali anda bertemu dengan orang lain
dan membantunya, mereka akan melihat anda sebagai sosok pribadi. Anda
menunjukan kekuatan dan keterbatasan serta kepribadian anda dalam hubungan
tersebut. Kepribadian niscaya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman hidup
sebelumnya
Jika ingin memeberikan bantuan yang efektif
dan mendorong orang lain berkembang dan berubah, anda juga harus memupuk
perkembangan anda sendiri, anda dapat melakukannya dengan lebih menyadari
cara-cara untuk mengembangkan potensi diri dan berubah adi pribadi yang matang.
Anda perlu bertanya kepada diri sendiri, “apakah saya melakukan apa yang saya
yakin harus dilakukan oleh orang lain?”
C. Memecahkan masalah- masalah masa
lampau dan kini
Untuk memberikan bantuan yang efektif, anda
pun niscaya akan mengambil risiko. Mengajak seseorang berbicara tentang
masalahnya membawa risiko bagi anda secara emosional. Ajakan membawa
kemungkinan bahwa anda akan menghadapi emosi-emosi yang kuat dalam diri anda
dan mungkin juga pemikiran-pemikiran yang mengganggu.
D. Cara-cara praktis untuk tumbuh
dan kembang
-
Bergaul
dengan orang-orang yang selalu ingin tumbuh dan berkembang
-
Mengikuti
program-program konseling pribadi
-
Membagi
pengalaman anda dalam membantu orang lain kepda konselor
-
Mendengarkan
orang lain yang berbeda nilai dan keyakinan dengan anda, sehingga anda dapat
mengulas balik nilai dan keyakinan anda sendiri.
-
Tekun
beribadah sesuai dengan agama anda
-
Mengeksplorasi
peluang-peluang untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan konseling anda
-
Berdiskusi
secara rutin dengan kelompok-kelompok yang aktif memberikan bantuan konseling
memahami diri sendiri sangat
penting dan berkaitan erat dengan pengambilan keputusan sesuai kemampuan bidang
keahlian anda, seperti saat lulus sekolah menengah atas ingin melanjutkankan
kejenjang universitas. Sebagai contoh ingin mengambil jurusan bimbingan
konseling perlu adanya pemahaman sedikit dari wawasan mengenai apa itu
bimbingan dan konseling (calon konselor)
E. Pendahuluan
Seorang konselor tidak
dilahirkan bukan karena pendidikan dan latihan profesionalnya semata-mata.
Menjadi konselor berkembang melalui proses yang panjang, dimulai dengan
mempelajari berbagai teori dan latihan serta berusaha belajar dari pengalaman
praktikkonselingnya. Dalam proses tersebut peran keinginan atau cita-cita tidak
dapat diabaikan, sebab penentuan pilihan bidang ilmu yang akan digeluti
didasari oleh tujuan atau alsan pemilihan tersebut.
Menjadi
konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri sendiri,
mengenal klien, memahami maksud dan tujuan konseling, serta menguasai proses
konseling. Membangun hubungan konseling
merupakan hal penting dan menentukan dalam melakukan konseling. Seorang
konselor tidak dapat membangun hubungan konseling jika tidak mengenal diri
maupun klien, tidak memahami maksud dan tujuan konseling serta tidak menguasai
proses konseling.
Salah
satu pengenalan diri sendiri adalah pemahaman perasaan-perasaan dan sikap-sikap
diri sendiri pada waktu memulai pendidikan menjadi konselor (Gerald, 1989:3).
Perasaan dan sikap awal tersebut merupakan motivator untuk terus berkembang.
Jika pada saat ini tidak terlalu menjadi persoalan apa yang menjadi motivasi
memilih menjadi, sangatlah penting menyadari motivasi serta kebutuhan-kebutuhan
pribadi yang ingin dipenuhi. Dengan menyadari hal tersebut akan menghindarkan
upaya pemenuhan kebutuhan sendiri yang akan mengganggu proses konseling.
Kesadaran akan kemampuan yang dimiliki, mendukung pemenuhan kebutuhan klien
yang lebih baik.
Menjadi
konselor yang efektif perlu mengetahui makna efektif dalam konseling. Menilai
efektivitas konseling biasanya sangat subjektif dan mempunyai dua perspektif,
yaitu perspektif konselor dan klien. Keduanya dapat berbeda, karena
masing-masing mempunyai harapan yang berbeda. Salah satu cara untuk memahami perspektif klien ialah
memahami alasan-alasan klien untuk memproleh konseling.
Seorang
konselor yang efektif, perlu memiliki pandangan atau pikiran yang jelas tentang
maksud dan tujuan –tujuan konseling. Beberapa tujuan konseling adalah: membantu
klien merasa lebih baik, membantu klien menjadi percaya diri dan memperoleh
keterampilan untuk mengahdapi situasi pada saat ini dan dikemudian hari dalam
cara- cara yang konstruktif.
Agar
harapan dan kebutuhan klien dapat terpenuhi oleh konselor, maka pendekatan yang
dapat dilakukan adalah pembahasan tujuan konseling secara terbuka. Atas dasar
hasil pembahasan tersebut dilakukan penyusunan program konseling yang
disepakati bersama oleh konselor dank lien.
Aspek
kunci lainnya dalam konseling yang efektif adalah hubungan konseling, yaitu
kualitas hubungan antara konselor dengan klien. Konsep carl rogers tentang
hubungan konseling merupakan konsep yang kuat dan berguna, dan perlu dipahami
oleh calon konselor.
Carl
rogers menyebutkan tiga kualitas utama yang diperlukan seorang konselor agar
konselingnya efektif, yaitu kongruensi, empati, dan perhatian psitif tanpa
syarat pada klien. Konselor yang memiliki kualitas kongruen, yaitu seorang
konselor yang dalam perilaku hidupnya menunjukan sebagai dirinya sendiri yang
asli, utuh dan menyeluruh, baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam
kehidupan profesionalnya. Konselor tidak pura-pura atau memakai kedok untuk
menyembunyikan keaslian dirinya.
Konselor
yang memiliki kualitas empati, dapat merasakan pikiran dan perasaan orang lain
da nada rasa kebersamaan dengan klien. Konselor memahami jalur jalan dan
liku-liku yang dilalui klien dan bersimpati padanya, berjalan bersama dengannya
sebagai teman sejalan.
Kualitas
ketiga seorang konselor yang baik atau efektif adalah memberikan perhatian
kepada klien. Konselor memberikan perhatian positif tanpa syarat. Konselor
dapat menerima klien sebagaimana adanya dengan segala kelemahan dan
kekuatannya, sikap dan keyakinannya
termasuk perilakunya yang mungkin memuakan bagi orang lain. Konselor menerima
tanpa memebrikan penilaian.
F. Karakteristik guru bimbingan dan
konseling atau konselor
a) Beriman dan bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa
b) Berpandangan positif dan dinamis
tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, individual dan social
c) Menghargai harkat dan martabat
manusia dan hak asasinya, bersikap demokratis.
d) Menampilakan nilai, norma dan
moral yang berlaku dan berakhlak mulia
e) Menampilkan intergritras dan
stabilitas kepribadian dan kematangan emosional
f) Cerdas, kreatif, mandiri dan
berpenampilan menarik.
G. Ciri-ciri penting yang
dikemukakan oleh corey (1977: 234-235) sebagai berikut.
a) Memiliki cara-cara sendiri.
Konselor selalu ada dalam proses pengembangan gaya yang unik, yang
menggambarkan filsafah dan gaya hidup pribadinya, dan walaupun bebas meminjam
ide-ide dan teknik-teknik orang lain, tidak secara mekanis menirunya.
b) Memiliki kehormatan diri dan
apresiasi diri.
c) Mempunyai kekuatan yang utuh,
mengenal dan menerima kemampuan sendiri
d) Terbuka terhadap perubahan dan
mau mengambil risiko yang lebih besar
e) Terlibat dalam proses-proses
pengembangan kesadaran tentang diri dan orang lain.
f) Mau dan mampu menerima dan
memberikan toleransi terhadap ketidakmenentuan.
g) Memiliki identitas diri
h) Mempunyai rasa empatiyang tidak
posesif
i) Hidup, artinya pilihan mereka
berorientasi pada kehidupan
j) Otentik, nyata, seejalan, jujur
dan bijak
k) Memberi dan menerima kasih sayang
dapat memberikan sesuatu dengan sepenuh hati, mudah dipengaruhi oleh
orang-orang yang dikasihi serta mempunyai kemampuan untuk memerhatikan orang
lain.
l) Hidup pada masa kini.
m) Dapat berbuat salah dan mau
mengakui kesalahannya.
n) Dapat terlibat secara mendalam
dengan pekerjaan-pekerjaan dan kegiata-kegiatan kreatif, menyerap makna yang
kaya dalam hidup melalui kegiatan-kegiatan.
Daftar pustaka
1) Geldard, Kathryn. David
Geldard. 2004. Membantu Memecahkan
Masalah Orang Lain Dengan Teknik Konseling: Membangun Hubungan Baik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2) Supriatna, Mamat. 2011.
Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi: Pribadi Konselor. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada
3) Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan Dan Konseling Sma Kelas XI.
Jakarta: Grafindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar