Masalah-Masalah
yang biasa di tangani Guru BK
Pada dasarnya setiap individu menghadapi
permasalahan dalam hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Di antara
masalah individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa
intervensi konselor, sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan
sehingga mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi
konseli yang cara penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah:
1.
Masalah Kecewa (Disappointed Paroblem)
Kecewa
merupakan bentuk gangguan emosi yang ditimbulkan oleh ketidakserasian antara
apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi. Misalnya, seorang siswa
merasa kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan di sekolah atau
merasa teman sebangkunya tidak membantunya ketika dia tidak mengerti mata
pelajarannya.
Konseli
yang mengalami kekecewaan yang berlarut-larut tanpa penyelesaian dapat
menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan, frustasi,
salah ambil, salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya keinginan yang
tidak terpenuhi. Konseli yang gagal menyelesaikan masalah ini sebaiknya minta
bantuan konseling kepada konselor, agar problem ini dapat direduksi dan
dihilangkan, sehingga tidak merangsang timbulnya masalah lain.
2.
Masalah Frustasi (Frustration Problem)
Frustasi
ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat kegagalan yang
sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam
mencapai cita-cita. Konseli yang mengalami frustasi, biasanya menampakan minat
belajanya menurun, tidak mau berusaha belajar lagi, dan kehilangan kepercayaan
pada dirinya. Pada umumnya layanan konseling diberikan kepada konseli untuk
membantu membangkitkan minat dan motivasi pada aktivitas lain yang lebih cocok
dengan potensi konseli, teknik ini disebut sublimasi.
3.
Masalah Kecemasan (Anxiety Problem)
Kecemasan
ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan, dan merupakan
pengalaman yang samar-samar di sertai dengan perasaan yang ditak berdaya dan
tidak menentu (Lazarus,1978). Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang
ditandai dengan adanya perasaan tegang, khawatir, takut, dan disertai adanya
perubahan fisiologis, sepertin peningkatan denyut nadi, perubahan pernapasan,
dan tekanan darah. Kecemasan dapat dibedakan beberapa jenis menurut Gilmer
(1978), Lazarus dan Spielbelger yang dikutip Kendall (1978) sebagai berikut:
a.
Kecemasan Normal
Kecemasan
normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih ringan, dan merupakan suatu
reaksi yang dapat mendorong konseli untuk bertindak, seperti: menunjukan kurang
percaya diri, dan juga dapat melakukan mekanisme pertahanan ego, contoh:
memberikan alasan yang rasional atas kegagalan yang dialaminya.
b.
Kecemasan
Abnormal
Kecemasan
abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya kecemasan tersebut
dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak efisien, misalnya siswa
harus mengulang ujian, karena nilainya jelek/belum lulus.
c.
Kecemasan State
Anxiety
Suatu
kecemasan disebut state anxiety bila gejala kecemasan yang timbul dianggap
sebagai suatu situasi yang mengancam individu. Misalnya, konseli merasa
terancam atas kemungkinan kegagalan yang pernah dialaminya pada tahun yang
lalu.
d.
Trait Anxiety
Trait
anxiety merupakan kecemasan sebagai keadaan yang menetap pada individu.
Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalaminya.
Konseli yang mempunyai trait anxiety tinggi cenderung untuk menerima situasi
sebagai bahaya atau ancaman, dibandingkan konseli yang menderita trait anxiety
rendah, sehingga mereka akan merespon situasi yang mengancam dengan kecemasan
yang lebih besar intensitasnya.
4.
Masalah Stres (Stress Problem)
Stres
adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya tekanan yang tidak
dapat diatasi oleh individu. Di sekolah siswa mungkin mengalami stres saat
hubungannya dengan temannya tidak bisa berjalan baik, atau saat mereka
menghadapi ujian. Stres sering terjadi jika seseorang dihadapkan dengan
peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau
psikologisnya. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang
menyakitkan seperti kecemasan dan depresi. Stres bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa traumatis, peristiwa
yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidaak bisa diprakirakan,
peristiwa diluar batas kemampuan, dan konflik internal sering sebagai sumber
stres seseorang.
Konseli
yang mengalami stres ringan dan sedang masih bisa dibantu konselor dengan
konseling, tetapi bila stres yang di deritanya kategori berat, maka konselor
harus merujuk (mereferal) kepada psikiater. Kasus stres berat membutuhkan
penanganan medis dan layanan psikoterapi.
5.
Masalah
Depresi (Depression Problem)
Depresi
di kenal sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh siswa ataupun
masyarakat biasa. Masalah depresi dapat digolongkan kedalam gangguan emosi dan
kepribadian yang perlu mendapat perhatian serius dari kalangan kedokteran
bidang kesehatan jiwa, psikoligi, maupun ahli konseling.
Blackburn
dan Davidson (1994), mengemukakan gejala penderita depresi berdasarkan simtoma
psikologis dan biologis. Simtoma psikologis meliputi: (1) susah hati, seperti
kesediaan, kecemasan, dan mudah marah; (2) berfikir, seperti kehilangan
konsentrasi, lambat dan kacau dalam berfikir, menyalahkan diri sendiri,
ragu-ragu, dan merasa harga dirinya rendah; (3) motivasi, seperti kurang minat
bekerja, menghindar dari pekerjaan dan sosial, ingin melarikan diri, dan
ketergantungan diri, dan (4) perilaku, seperti lamban, mondar-mandir, menangis,
dan mengeluh. Simtoma biologis mencakup: (1) hilangnya nafsu makan; (2)
hilangnya nafsu berahi; (3) tidur terganggu; dan (4) lambat beraktivitas.
6.
Masalah Konflik (Conflict Problem)
Konflik
ialah suatu bentuk pertentangan yang di alami oleh individu. Konflik yang dialami konseli bisa di
timbulkan oleh dua faktor, yaitu faktor di dalam diri konseli, dan faktor di
luar diri konseli. Penyebab pertama terjadi, karena apa yang dilakukan konseli
tidak sesuai dengan keyakinan konseli, sedangkan penyebab kedua timbul, bila
keinginan dan harapan konseli tidak sesuai dengan kenyataan di luar dirinya.
Konflik sebagai masalah psikologis sangat mempengaruhi prilaku individu. Jadi
jelas, bahwa konflik pada umumnya berdampak buruk terhadap intensitas perilaku
individu.
7.
Masalah Ketergantungan (Dependence Problem)
Ketergantungan
adalah suatu keadaan dimana seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah ketergantungan konseli merupakan
bentuk kesulitan psikologis yang dapat dikategorikan lebih ringan bila di
bandingkan dengan masalah-masalah yang diuraikan diatas. Dalam beajar, masalah
ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk
mengeerjakan tugas-tugasnya, sehingga usaha belajarnya menjadi rendah.
Daftar Pustaka :
Atkinson.
1998. Introduction to Psychologiy. California:Harcourt
Brace & Company.
Blackburn, M., and Davidson, K., T.
1994. Cognitif Theraphy For Depresion
and Anxiety. London: Blackwell
Sientific Publication.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar